Bertepatan dengan perayaan Hari Gizi Nasional ke-63 pada tanggal 25 Januari 2022 yang lalu, Kementerian Kesehatan mengumumkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia mengalami penurunan menjadi 21,6% setelah sebelumnya menyentuh angka 24,4% pada tahun 2021. Capaian tersebut merupakan hasil upaya Kementerian Kesehatan bersama dengan seluruh lapisan masyarakat dalam mencegah terjadinya stunting sedini mungkin.
Namun demikian, kewaspadaan terhadap potensi stunting pada anak, harus terus dilakukan sehingga potensi stunting pada anak dapat segera dicegah dan mendapatkan penanganan dari petugas kesehatan.
STUNTING adalah “Gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badan anak berada di bawah standar.”
Para orang tua juga diharapkan bisa melakukan pencegahan dengan memberikan ASI Eksklusif pada anak sampai usia 6 bulan dan melanjutkan pemberian ASI sampai 2 tahun, memberikan MPASI yang kaya akan protein hewani, membawa anak ke posyandu untuk dipantau pertumbuhan dan perkembangannya, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu dalam rangka mempersiapkan kehamilan pada wanita usia produktif, dianjurkan untuk rutin mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) sejak remaja.
Dengan memahami upaya pencegahan dan stunting pada anak, diharapkan dapat meminimalisir potensi anak terlahir stunting, sehingga terciptanya generasi penerus Indonesia yang sehat dan mampu berdaya saing dapat terwujud.
Tidak lupa untuk segera melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat apabila anak mengalami gejala stunting, agar anak ditangani sedini mungkin oleh petugas kesehatan.
Sumber : https://ayosehat.kemkes.go.id/gejala-stunting-yang-harus-diwaspadai